Rabu, 24 Oktober 2012

Pondok Pesantren dulunya tidak hanya mengajarkan ilmu agama dalam pengertian formal-akademis seperti sekarang ini, semisal ilmu tafsir, fikih, tasawuf, nahwu-shorof, sejarah Islam dan seterusnya. Pondok pesantren juga berfungsi sebagai padepokan, tempat para santri belajar ilmu kanuragan dan kebatinan agar kelak menjadi pendakwah yang tangguh, tegar dan tahan uji. Para kiainya tidak hanya alim tetapi juga sakti. Para kiai dulu adalah pendekar pilih tanding.
Akan tetapi belakangan ada tanda-tanda surutnya ilmu bela diri di pesantren. Berkembangnya sistem klasikal dengan materi yang padat, ditambah eforia pembentukan standar pendidikan nasional membuat definisi pesantren kian menyempit, melulu sebagai lembaga pendidikan formal.
Para ulama-pendekar merasa gelisah. H Suharbillah, seorang pendekar dari Surabaya yang gemar berorganisasi menemui KH Mustofa Bisri dari Rembang dan menceritakan kekhawatiran para pendekar. Mereka lalu bertemu dengan KH Agus Maksum Jauhari Lirboyo alias Gus Maksum yang memang sudah masyhur di bidang beladiri. Nama Gus Maksum memang selalu identik dengan “dunia persilatan”.
Pada tanggal 12 Muharrom 1406 M bertepatan tanggal 27 September 1985 berkumpulah mereka di pondok pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, untuk membentuk suatu wadah di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang khusus mengurus pencak silat. Musyawarah tersebut dihadiri tokoh-tokoh pencak silat dari daerah Jombang, Ponorogo, Pasuruan, Nganjuk, Kediri, serta Cirebon, bahkan dari pulau Kalimantan pun datang.
Musyawarah berikutnya diadakan pada tanggal 3 Januari 1986, di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, tempat berdiam Sang Pendekar, Gus Maksum. Dalam musyawarah tersebut disepakati pembentukan organisasi pencak silat NU bernama Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa yang merupakan kepanjangan dari Pagarnya NU dan Bangsa. Kontan para musyawirin pun menunjuk Gus Maksum sebagai ketua umumnya. Pengukuhan Gus Maksum sebagai ketua umum Pagar Nusa itu dilakukan oleh Ketua Umum PBNU KH. Abdurrahman Wahid dan Rais Aam KH. Ahmad Sidiq.
Gus Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944, salah seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim. Semasa kecil ia belajar kepada orang tuanya KH. Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia menempuh pendidikan di SD Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan (*Dalam “Antologi NU” terbitan LTN-Khalista Surabaya*).
Sebagai seorang kiai, Gus Maksum berprilaku *nyeleneh* menurut adat kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong
jengot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak. Lalu, seperti kebiasaan orang-orang “jadug” di pesantren, Gus Maksum tidak pernah makan nasi alias *ngerowot*. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa tuanya Gus Maksum memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.
Dikalangan masyarakat umum, Gus Maksum dikenal sakti mandaraguna. Rambutnya tak mempan dipotong (konon hanya ibundanya yang bisa mencukur rambut Gus Maksum), mulutnya bisa menyemburkan api, punya kekuatan tenaga dalam luar biasa dan mampu mengangkat beban seberat apapun, mampu menaklukkan jin, kebal senjata tajam, tak mempan disantet, dan seterusnya. Di setiap medan laga (dalam dunia persilatan juga dikenal istilah sabung) tak ada yang mungkin berani berhadapan dengan Gus Maksum, dan kehadirannya membuat para pendekar aliran hitam gelagapan. Kharisma Gus Maksum cukup untuk membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan di pesantren melalui
Pagar Nusa.
Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” Gus Maksum selalu sejalur
dengan garis politik Nahdlatul Ulama, namun dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Saat kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI Gus Maksum menjadi komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama karesidenan Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Pendekar *ya *pendekar! Gus Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Asal Usul Pagar Nusa Atau juga Di Sebut PN


Pagar Nusa lahir sebagai bentuk keprihatinan para Kyai, ulama, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat terhadap pergeseran nilai pencak silat di dunia pesantren. “Pesantren kuno itu sekaligus padepokan silat,” kata Gus Maksum.

Gus Maksum Jauhari atau Mbah Maksum memang selalu identik dengan dunia persilatan, terutama “PAGAR NUSA” . Pagar Nusa merupakan Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama hasil musyawarah para Kyai, ulama, pendekar serta tokoh-tokoh pencak silat NU pada tanggal 12 Muharram 1406 H di PP.Tebuireng Jombang dan pada musyawarah kedua tanggal 3 Januari 1986 di pondok pesantren Lirboyo ditetapkan sebagai wadah para pesilat NU sekaligus mengukuhkan Mbah Ma’sum sebagai ketuanya.


Mbah Maksum lahir di Kanigoro, Kras, Kediri, pada tanggal 8 Agustus 1944, salah seorang cucu pendiri Pondok Pesantren Lirboyo KH Manaf Abdul Karim. Semasa kecil ia belajar kepada orang tuanya KH Abdullah Jauhari di Kanigoro. Ia menempuh pendidikan di SD Kanigoro (1957) lalu melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Lirboyo, namun tidak sampai tamat. Selebihnya, ia lebih senang mengembara ke berbagai daerah untuk berguru ilmu silat, tenaga dalam, pengobatan dan kejadukan Sebagai seorang kiai, Mbah Maksum berprilaku nyeleneh menurut adat kebiasaan orang pesantren. Penampilannya nyentrik. Dia berambut gondrong, jengot dan kumis lebat, kain sarungnya hampir mendekati lutut, selalu memakai bakiak. Lalu, seperti kebiasaan orang-orang “nyleneh” di pesantren, Mbah Maksum tidak pernah makan nasi alias ngerowot. Uniknya lagi, dia suka memelihara binatang yang tidak umum. Hingga masa tuanya Mbah Maksum masih memelihara beberapa jenis binatang seperti berbagai jenis ular dan unggas, buaya, kera, orangutan dan sejenisnya.


Dikalangan masyarakat umum, Mbah Maksum dikenal sebagai orang yang pemberani dan rendah hati. Kerendahan hati Mbah Maksum dirasakan sendiri oleh penulis, saat penulis, adik penulis serta beberapa pesilat Pagar Nusa Unisma datang untuk sillaturahmi sekaligus hendak turun di ajang pencak Dor PP Lirboyo. Mbah Maksum dengan rendah hati mempersilakan rombongan kami untuk masuk, makan bersama dan memberikan nasehat-nasehat yang tidak terkesan “menggurui’. Kesan kerendahan hati Mbah Maksum ini semakin dalam di hati kami, manakala Mbah Maksum mengetahui bahwa adik penulis adalah warga tingkat I PSHT Madiun. Tidak ada perbedaan sikap Mbah Maksum ke adik penulis. Bahkan Mbah Maksum menyampaikan 4 hal kepada kami semua, yakni pentingnya persatuan diantara sesama pesilat Nusantara. Kedua, ajang pencak Dor adalah ajang kejujuran, artinya di atas panggung tidak melihat aliran namun yang dilihat adalah kemampuan dari individu pesilat itu sendiri. Ketiga, ajang pencak Dor dan budaya pencak Silat harus senantiasa dilestarikan sebagai wadah pembinaan mental bangsa. Selanjutnya pesan terakhir dari Mbah Maksum adalah para pesilat harus memiliki jiwa ksatria dan senantiasa berbakti kepada agama, nusa dan bangsa.

Keberanian dan kharisma Mbah Maksum tersebut seharusnya membangkitkan semangat pengembangan ilmu kanuragan dan pencak silat di pesantren maupun masyarakat, baik melalui wadah Pagar Nusa atau pun yang lain. Sebagai jenderal utama “pagar NU dan pagar bangsa” Mbah Maksum selalu sejalur dengan garis politik Nahdlatul Ulama, dia tak pernah terlibat politik praktis, tak kenal dualisme atau dwifungsi. Saat kondisi politik memaksa warga NU berkonfrontasi dengan PKI, Mbah Maksum menjadi komandan penumpasan PKI beserta antek-anteknya di wilayah Jawa Timur, terutama karesidenan Kediri. Ketika NU bergabung ke dalam PPP maupun ketika PBNU mendeklarasikan PKB, Gus Maksum selalu menjadi jurkam nasional yang menggetarkan podium. Namun dirinya tidak pernah mau menduduki jabatan legislatif ataupun eksekutif. Pendekar ya pendekar! Mbah Maksum wafat di Kanigoro pada 21 Januari 2003 lalu dan dimakamkan di pemakaman keluarga Pesantren Lirboyo dengan meninggalkan semangat dan keberanian yang luar biasa.

Matur Nuwun Mbah Maksum, semoga semangatnya dapat ditiru oleh seluruh pesilat Nahdlatul Ulama yang ada dimana saja dan di “wadah ” apa pun. (dikutip oleh Rukma dari berbagai sumber)


Assalamu’alaikum wr.wb.
APA KABAR SEMUANYA?
MASIH SEMANGAT?
Puji syukur hanya untuk allah SWT. Atas limpahan rahmad tufik dan hidayah serta inayahnya kepada kita semua sehingga pada hari ini . bertempat dihalaman MTsN PULOSARI kami dari keluarga besar ekstra kurikuler pencak silat MTsN PULOSARI akan mengenalkan diri sebagai tanda salam persahabatan dan persaudaraan serta tidak ada maksud dari kami untuk pamer ataupun menunjukan kebolehan karna bagi kami ilmu bela diri bukan untuk pamer atau untuk dipertontonkan semata tapi bagaimana dengan pencak silat kita semakin menjadi insan yang bertaqwa kepada allah dan berguna bagi agama nusa dan bangsa.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan pada junjungan kita nabi agung Muhammad saw. kepada keluarga, kepada sahabatnya serta kepada ummatnya yang setia hingga akir zaman.
2 tahun yang lalu tepatnya tanggal 9 juli 2010 berdirilah secara resmi kegiatan ekstra kurikuler pencak silat PAGAR NUSA SUNAN GIRI, dengan usaha kami serta dukungan dari seluruh keluarga besar MTsN PULOSARI kami mampu bertahan sebagai satu-satunya kegiatan resmi pencak silat MTsN PULOSARI ngunut, dan diasuh dan dibina oleh pengurus ikatan pencak silat seluruh Indonesia(IPSI) kab. Tulungagung dan juga oleh pengurus cabang pagar nusa kab. Tulungagung, kami berusaha agar warga pencak silat PAGAR NUSA SUNAN GIRI di MTsN PULOSARI benar-benar menjadi siswa yang berakhlakul karimah dengan mengedepankan nilai-nilai ajaran islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga bisa menjadi anak yang kuat,cerdas dan beraklak mulia .
Mengapa kita harus memilih pencak silat sebagai kegiatan pencak silat di MTsN PULOSARI? Karena pencak silat adalah beladiri asli dari bangsa Indonesia yang dulunya pernah ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia,sekarang ini banyak tumbuh aliran bela diri yang berasal dari aliran luar negeri  dari jepang, china,amerika dll.tapi kita sebagai bangsa Indonesia sebagai generasi penerus bangsa harus bangga dengan warisan luhur asli Indonesia yakni pencak silat, kalau bukan kita siapa yang akan mewarisi pencak silat?, kalau bukan sekarang kapan lagi?, apakah harus menggu sampai budaya asli Indonesia diambil oleh Negara lain agar hati kita terbuka jiwa kita tergerak, bagi kami mereka yang disebut pahlawan bangsa adalah mereka yang mau mengembangkan warisan budaya bangsa.
Dijaman sekarang ini banyak generasi bangsa kita yang terjebak dalam pergaulan bebas,terjebak oleh narkoba dan tindakan-tindakan lain yang bertentangan dengan agama dan juga hUkum Negara,kami keluarga pencak silat PAGAR NUSA SUNAN GIRI,berupaya untuk ikut andil menjadi solusi untuk permasalahan tersebut,sehingga dengan mengikuti kegiatan pencak silat maka para siswa bisa lebih terarah dan tidak akan gampang terpengaruh oleh kegiatan-kegiatan yang negatife karena kami sangat menjunjung tinggi prasetya pagar nusa sebagai perisai diri.
Oleh karena itu kami mengharap dukungan kepada semua pihak terutama bapak kepala MTsN PULOSARI,segenap dewan guru,para karyawan untuk mendukung program ekstra kurikuler pencaksilat pagar nusa SUNAN GIRI.
Pagar nusa SUNAN GIRI memiliki moto lha gholiba illa billah tidak ada kekuatan yang bias mengalahkannya kecuali dari allah SWT.
Ilmu-ilmu yang diajarkan di pencak silat sunan giri MTSN PULOSARI adalah:
1.    Jurus sunan giri dasar , tingkat TK,SD,SMP,SMA, dan perguruan tinggi
2.    Jurus sunan giri lanjutan( jurus tongkat,jurus pedang,jurus ruyung,jurus empat penjuru angin,pernapasan( jurus tenaga hayati dasar, ilmu pengobatan, akrupresur)
3.    Pencak silat  prestasi
4.    Jurus inti sunan giri ( jurus inti kekuatan fitroh)
Oleh karena itu kami persilakan untuk mendaftarkan dir

Gus Aiz sebagai Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017


Aizzudin Abdurrahman
Aizzudin Abdurrahman
JAKARTA - Cucu pendiri Nahdatul Ulama (NU) KH Hasyim As’ary, Aizzudin Abdurrahman, terpilih sebagai Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017 dalam kongres di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur, Rabu (11/7/2012).

Pria yang akrab dipanggil Gus Aiz itu berhasil mengungguli lima kandidat lain, yaitu Abah Suyuthi, Gus Bidin, Fuad Anwar, KH Nuril Arifin, dan Said. Dalam pemilihan, Gus Aiz berhasil menang mutlak dengan meraup 201 suara. Di posisi kedua, Abah Suyuthi dengan 18 suara, kemudian Gus Bidin 9 suara, Fuad Anwar 15 suara, KH Nuril Arifin 2 suara, Said 1 suara dan 1 suara tidak sah.

Dengan demikian, Ketua PBNU H Arvin Hakim Toha selaku pimpinan sidang, menetapkan Gus Aiz sebagai Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017. “Saya ucapkan selamat kepada Gus Aiz,” ujarnya diikuti ketukan palu sidang.

Kongres Pagar Nusa yang digelar di Lamongan pada 9 Juli-11 Juli 2012 diikuti 24 wilayah dan 253 cabang dari seluruh Indonesia.

Setelah terpilih sebagai ketua umum, Gus Aiz menegaskan, akan melakukan penataan organisasi dan pembinaan atlet. Pembinaan atlet, menurut dia, bersifat mendesak karena selama ini terkesan kurang diperhatikan. “Di samping itu, Pagar Nusa juga harus melakukan olah intelektual, ekonomi, serta kesenian dan budaya,” ujarnya.

Gus Aiz menambahkan, Pagar Nusa selaku badan otonom PBNU memiliki peran penting menjaga para ulama, kiai, dan pesantren dalam melakukan kegiatan dakwah keagamaan dan kemasyarakatan dalam bingkai NKRI. Pagar Nusa juga berperan penting menjaga tradisi pesantren yang dalam sejarahnya dibidang pendidikan keagamaan mampu mengurai karut-marut persoalan di masyarakat.

“Pagar Nusa beranggotakan orang-orang pilihan yang memiliki ketrampilan khusus, yakni kemampuan bela diri dan kemampuan spiritual di atas rata-rata serta jiwa kesatria sebagai pendekar,” terangnya.

Sejarah, kata Gus Aiz, telah membuktikan Pagar Nusa mampu mencetak pribadi-pribadi handal, kuat, dan teguh pendirian berlandaskan nilai-nilai spiritual dan mental ibadah dalam menjaga pribadi maupun lingkungan di sekitarnya dari pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan jati diri dan moralitas bangsa Indonesia. Terutama pada masa kepemimpinan Gus Maksum.

“Jasa Gus Maksum semasa hidup untuk Pagar Nusa menurut saya luar biasa. Belum ada lagi tokoh sebesar beliau. Tapi kita akan bisa meneruskan perjuangan beliau apabila bersama-sama memahami sebenarnya ancaman terbesar Pagar Nusa adalah di luar sana, Pagar Nusa sebagai pagar terluar NU harus mulai diperbaiki struktur bangunannya, memperkuat, dan memotivasi kualitas sumber daya manusia yang membangun dan menjaga pagar,” urainya.

Sebagai salah satu program, sambung Gus Aiz, merealisasikan pembangunan Padepokan bukanlah sebuah mimpi. Dengan kerja keras, padepokan yang akan menaungi perguruan-perguruan di bawah Pagar Nusa dalam waktu singkat pasti bisa diwujudkan.

Di penghujung kalimatnya, Gus Aiz berharap para pendekar Pagar Nusa bisa melanjutkan cita-cita mulia Gus Maksum dan mampu merangkul semua kalangan.

“Beliau dekat dengan seluruh lapisan masyarakat. Saya rasa kita bisa meneruskan itu. Mulai dari petani, pedagang, guru, birokrat, TNI/Polri, artis. Sudah pasti tetap dengan sami’na wa atho’na menjalankan dawuh para ulama, termasuk PBNU. Inilah potensi besar Pagar Nusa yang selama ini tidak terkelola dengan baik untuk kemaslahatan umat,” tandasnya.i segera dalam kegiatan pencak silat pagar nusa sunan giri, jadilah anak yang kuat dan berhati mulia. Kegiatan pencak silat sunan giri MTsN PULOSARI diadakan tiap hari SABTU jam 14.30 dan mengisi formulir pendaftaran. wassalamu’alaikum wr.wb.

ejarah Pagar Nusa Indonesia

Jujur, ihlas, sportif, berani mengabdi, teguh pendirian, dan elegan. Pangkat-pangkat inilah yang layak disandang para pendekar dari Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa.

Lagi pula para pendekar dunia persialatan ini tak terlalu butuh pangkat-pangkat basah di pemerintahan yang akhir-akhir ini ramai diperebutkan orang banyak. Para pendekarlah sebenarnya yang berada di barisan terdepan perjuangan mendapatkan ”kedaulatan” negeri ini sekalipun belakangan nama mereka tidak banyak mendapatkan tempat dalam catatan sejarah yang didominasi oleh para diplomat dan politisi.
Di tengah-tengah kerumunan ratusan pendekar berbaju, celana, dan kopyah atau julbab hitam kelam itu penulis menemukan semangat menggebu-gebu untuk memperbaiki kondisi Nusantara yang telah dikacaukan oleh ”para pendekar berwatak jahat.” IPS-NU Pagar Nusa mengadakan Kongres di Pesantren Ciganjur Jakarta asuhan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Jum’at-Ahad (23-25 September 2005) lalu.
Menjelang pelaksanaan kongres saya sempat berbincang dengan Ketua Umum IPS-NU Pagar Nusa yang selanjutnya terpilih kembali. Dialah Prof. DR. KH. Suharbillah. Perbincagan berlangsung akrab dan sama sekali tanpa rasa takut meski saat itu penulis berhadapan dengan seorang pimpinan pendekar yang brewokan dan bertubuh besar kekar. Salah satu ucapan Kiai Suharbillah yang penting begini:

”Saya sempat mendapatkan telepon dari oknum yang mengatasnamakan pengurus wilayah Pagar Nusa. Dia mengaku menawarkan wilayahnya untuk memilih saya sebagai Ketua Umum Pagar Nusa Periode 2005-2010. Namun dia bertanya kompensasi apa yang hendak saya berikan kepada wilayah itu. Saya balik bertanya, apakah Pagar Nusa sekarang sudah seperti itu?!”
Ya. Memang dalam banyak hal paguyuban (jamaah) yang empunya kejelasan kekuatan ”fisik” dan massa menjadi bahan-bakar utama untuk menjadi alat politik, dan dengan begitu para pentolannya tergolong orang yang berpunya. Namun Pagar Nusa tidak termasuk dalam bahagian itu.
Saya sempat menawarkan kepada para pengurus Pagar Nusa, apakah kongres ini model Ansor atau model NU. Kalau model Ansor para anggotanya di kasih sangu. Namun kalau model NU malah dimintai urunan. Ternyata warga Pagar Nusa Lebih memilih model NU,” kata Kiai Suharbillah. Dua idealtipe barusan seharusnya tidak ada, namun kadang menjadi problem ideologis yang pertama-tama harus diperbincangkan secara intern, diselesaikan sampai tuntas.
Para pengurus cabang IPS-NU Pagar Nusa berangkat ke Jakarta dari daerahnya masing-masing, Jawa dan luar Jawa, dengan biaya sendiri. Sedari awal Kiai Suharbillah berpesan, ”Kami pengurus pusat tidak menyediakan tiket. Tiketnya nanti di surga dan insyallah lebih mahal harganya.” Itupun para pengurus Pagar Nusa yang hadir dimintai iuran 100 sampai 300 ribu-an percabang; jumlah yang lumayan besar untuk kebanyakan warga Pagar Nusa.
Budaya Bangsa
Jika Jam’iyyah Nahdlatul Ulama dan kalangan pesantren mengaku sebagai penjaga tradisi, maka Pagar Nusalah anak NU yang paling cinta dengan budayanya. Misalnya saja, jurus-jurus yang ada dalam Pagar Nusa tidak harus satu barisan namun disesuaikan dengan trend pencak di daerah masing-masing dan dinamai dengan nama daerahnya. Ada jurus Cimande, Kediri, Pasuruan, dan daerah lainnya. Pagar Nusa tidak terlalu gemar mengimpor jurus-jurus silat dari Asing apalagi sampai menamai jurus silatnya dengan istilah asing yang apalagi ngetrend.
”Sama dengan pesantren yang dulu-dulu itu. Namanya selalu identik dengan nama daerahnya. Ada Pesantren Lirboyo, Tebuireng, Langitan, dan seterusnya. Inilah pesantren yang asli, bukan pesantren yang belakangan dinamai dengan memakai nama dari bahasa Arab,” kata Kiai Suharbillah.
Tema yang diusung dalam kongres Pagar Nusa kali ini adalah ”Berjuang Menegakkan Moralitas dan Budaya Bangsa.” Pagar Nusa bertekat mengisi ruangnya sendiri sekalipun ruangnya yang lama dan klasik dan tak harus sama dengan yang lain. ”Kami akan menngalakkan gerakan ekonomi di seluruh basis NU dengan cara mengampanyekan kembali semboyan cinta terhadap produk sendiri, terutama produk dari warga Nahdliyyin, dan agar kembali ke model perekonomian lama yang merakyat yakni model koprasi,” kata Kiai Suharbillah.
Para pendekar IPS-NU Pagar Nusa tidak hendak ambisius ingin menyelesaikan problem Nusantara yang semakin edan ini secara cepat dan revolusioner, namun secara pasti mengambil perannya sendiri. ”Dalam soal kenaikan BBM kami tidak ingin memihak sana-sini. Kami hanya bertugas agar konflik yang terjadi akibat kenaikan BBM tidak semakin parah,” kata Kiai Suharbillah. Semoga bisa.
(a khoirul anam)
APA ITU PAGAR NUSA ?
Nama lengkap organisasi ini adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama’ Pagar Nusa disingkat IPSNU Pagar Nusa. Sedangkan Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa.
IPSNU Pagar Nusa adalah satu – satunya wadah yang sah bagi organisasi pancak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama’ berdasarkan keputusan Muktamar.
Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul Ulama’ yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga – lembaga NU lainnya.
Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan pencak silat atau beladiri lainnya.
Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat dan beladiri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai sistem pengamanan dan lain – lain merupakan bidang garapan bagi lembaga ini.

VISI DAN MISI
Pagar Nusa ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama’ah dengan asas organisasi Pancasila. Pagar Nusa mengusahakan :
Berlakunya Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah di tengah-tengah kehidupan negar kesatuan Repubil Indonesia yang ber-Pancasila.
Pelestarian, pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, beladiri, mental spiritual, maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan warga bangsa lain pada umumnya.
ANGGOTA
Keanggotaan diatur dalam Peraturan Dasar dengan kriteria mudah yaitu warga Nahdlatul Ulama’ :
Mulai kanak – kanak sampai sesepuh ( batasan usia )
Dari yang belum mengenal pencak silat sampai yang mahir ( batasan kemampuan )
Sistem penjenjangan anggota dll, disesuaikan dengan kemampuan, usia, dan kebutuhan

MATERI PENCAK SILAT
Materi Pencak Silat Pagar Nusa Bakudi susun oleh tim yang terdiri dari dewan dan sumber lain dari berbagai aliran asli dari seluruh Indonesia seperti Cimande, Cikaret, Cikampek, Cikalong, Minang, Mandar, Mataram, dll. secara sistematis dengan metode modern.
Penyusunan jurus baku, baik fisik maupun non fisik dilakukan secara bertahap, memakan waktu bertahun – tahun dan sampai kini masih dilakukan penggalian – penggalian untuk paket selanjutnya.
Materi baku telah dilengkapi Buku Panduan bergambar, Kaset, dan VCD, dapat dibeli di bagian perlengkapan pusat.
FISIK BAKU
Gerak Dasar
Paket Kanak – kanak ( setingkat TK )
Paket I A & B ( setingkat SD )
Paket II A & B ( setingkat SMP )
Paket III A & B ( setingkat SMU )
Paket Beladiri ( setingkat perguruan tinggi )
Pencapaian jurus fisik baku menjadi tolak ukur tingkatan sebagai jenjang latihan. Warna Dasar Badge pada sabuk tingkatan menyesuaikan dengan penjenjangan tersebut.
Pendalaman = Seni Festival, Lomba, dll.
= Beladiri Terapan, Keamanan, dll.
= Olahraga Pertandingan, Senam Massal, dll.
= Kesehatan Pijat, Pernafasan, Obat, dll.
= Dan Lain – Lain.
NON FISIK BAKU
Ijazah
Jurus Asma’ul Husna
Jurus Taqorrub
Pendalaman = Pengisian Badan Langsung / Instan
Pengisian Bertahap Sesuai Jurus
Pengisian Barang
Pengobatan Non Fisik
Atraksi
Do’a
dll.
MANFAAT
Bergabung dengan Pagar Nusa bermanfaat, baik sosio kultural, edukatif maupun personal.

PERANGKAT LPS NU PAGAR NUSA
Disamping Struktur kepengurusan, Pagar Nusa memiliki perangkat organisasi yang dibentuk hanya ditingkat pusat sbb :
DEWAN BESAR GURU KHOS
Yaitu Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi rujukan terakhir bagi keputusan – keputusan penting dan merupakan back up utama LPSNU
Dewan Besar Guru Khos antara lain :
KH. ABDULLAH FAQIH KH. HABIB JAKFAR
KH. ABDULLAH ABBAS KH. M.A. FU’AD HASYIM
KH. HABIB LUTFI KH. MUSLIMIN IMAM PURO
KH. SUFYAN KH. KHOTIB UMAR
KH. MASDUQI MAHFUDZ
DEWAN GURU KHOS
Dewan ini terdiri dari Ulama – Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi sumber secara langsung dalam memberi masukan bagi kemajuan dan kesuksesan LPSNU Pagar Nusa.
Dewan Guru Khos antara lain :
KH. R. KHOLIL AS’AD KH. SYAIFUL ISLAM
KH. AGUS HALIM KH. SA’DAN MAFTUCH
KH. ALY MASHURI KH. ROFI’I
KH. ABDULLAH KH. SU’UD IBRAHIM
KH. AGUS BUSTOMI KH. NURKHOLIS
DEWAN KHOS
Dewan ini merupakan motor penggerak dan dapur organisasi yang menggali, menggodok dan merumuskan segala hal yang berkaitan dengan pencak silat dan beladiri untuk kemudian disosialisasikan di tingkat kepengurusan dan operasional.
Dewan ini juga merupakan back up langsung jembatan penghubung antara orang – orang khusus ( khos ) dengan kepengurusansecara operasional.
Dewan Khos antara lain :
PROF. DR. H. SUHAR BILLAH, SH.MBA KH. IMAM FAUZI
DRS. H. HUSNAN SANUSI DRS. SUNOTO
H. TIMBUL WIJAYA ZAINAL SUWARI
KH. KHOIRUL ANAM DRS. MAHSUN
KH. SU’UDI BAGIYONO
H. AFANDI MAS’UD MUJAHIDIN
PASUKAN KHOS
Adalah orang – orang khusus yang memiliki keahlian tertentu yang terjun langsung di lapangan.
PASUKAN INTI / PASTI
Pasukan ini dibentuk dengan kualifikasi tertentu guna memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan keorganisasian dan kemasyarakatan
PERKEMBANGAN, POTENSI DAN PRESTASI
PERKEMBANGAN DAN POTENSI
Sejak LPSNU Pagar Nusa berdiri 3 Januari 1986, organisasi ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Oraganisasi yang pertama kali berdiri berbentuk perguruan ini setelah beberapa kali melakukan Musyawarah Nasional dan Rakernas mengalami perubahan status sebagai Lembaga, lalu menjadi Badan Otonom kemudian kembali ke Lembaga lagi sesuai amanat Muktamar di masanya.
Perubahan dan perkembangan tersebut tidak mengurangi bahkan menambah potensi Pagar Nusa di NU yang memang sangat kaya akan budaya pencak silat dan yang berkaitan dengan itu.
Wilayah yang sudah terbentuk meliputi seluruh Indonesia sbb :
Batam : Sudah berdiri sebagai Komisariat atas Daerah Otorita
Sumatra : Seluruh Sumatra kecuali Aceh
Jawa : Seluruh Jawa, kecuali Jawa Barat tetapi di tingkat cabang
seperti Cirebon, Bandung dll sudah ada
Bali : Seluruh daerah sudah ada
NTB : Seluruhnya
Kalimantan : Seluruh Kalimantan
Sulawesi : Baru di Sulawesi Utara dan SulawesiTenggara
Irian Jaya : Sudah beberapa daerah.
Wilayah lain yang belum terbentuk adalah Maluku dan NTT

PRESTASI
Disamping selalu melaksanakan kegiatan rutin dan khusus yang berkaitandengan tugas – tugas ke-NU-an maupun tugas keluar / kemasyarakatan organisasi pencak silat ini telah berhasil menempatkan putra terbaiknya di Organisasi Pencak Silat Induk Nasional / Internasional, Perguruan Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) dan Perserikatan Silat Antara Bangsa (PERSILAT) antara lain :
Pendamping Tim Pencak Silat di Selangor Malaysia
Beberapa Wasit Juri Nasional Pertandingan sampai sekarang
Beberapa Wasit Juri Nasional Bidang Pencak Silat Tradisi
Sebagai Dewan Pakar PB IPSI
LPSNU Pagar Nusa termasuk Lima Perguruan Besar di Indonesia yang berhak atas event Pencak Silat Internasional Bidang Tradisi.
Penampil sangat monumental pada Parade Pencak Silat Internasional di Denpasar, Bali.

SIMBOL DAN ARTI
LAMBANG PAGAR NUSA Simbol LPS Pagar Nusa berupa gambar Pita bertulisan LAA GHAALIBA ILLA BILLAH yang melingkupi bola dunia di dalam kurva segi lima dengan beberapa atribut dan perincian sebagai berikut :
Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Syari’at Islam yang mempunyai lima rukun dan merupakan simbolisasi pada adanya rasa kecintaan kepada bangsa dan negara yang berpancasila.
Simbolisasi ini berangkat dari dasar pengertian rukun Islam yang Nabi SAW sampaikan :
Islam itu didirika atas lima : Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah bagi yang mampu, dan puasa Ramadhan ( HR Bukhory )
Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambang dari tiga pola utama yang berjalan bersama dalam cara hidup warga Nahdlatul Ulama yaitu Iman, Islam, Ihsan sebagaimana Hadits Nabi SAWÂ ketika ditanya oleh Malakat Jibril.
Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi. Ini sesuai dengan mimpi Nabi Yusuf tentang bintang sebagai isyarat akan mencapai kemuliaan.
Firman Allah SWT :
Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku sesungguhnya aku bemimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan ; kulihat semuanya sujud kepadaku. ( QS.Yusuf : 4)
Bintang terbesar mengisyaratkan adanya pola kepemimpinan yang dalam Islam merupakan suatu keharusan.
Gambar cabang / trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas tepat dibawah bintang terbesar merupakan manifestasi kenyataan historis bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama :
Barang siapa memisahkan diri dari kelompok dimakan srigala
Bola Dunia / gambar bumi tepat di tengah merupakan ciri khas dari organisasi underbow Nahdlatul Ulama yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. RIDWAN ABDULLAH berdasar Istikharahnya.
Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA ILLAA BILLAH
Yang berarti tidak ada yang menang ( mengalahkan ) kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi
LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan ba sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum ( am ) bagi segala bidang kehidupan.
Sedangkan secara khusus ( khas ) dengan mengambil tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol
Firman Allah : Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkanmu ( QS. Ali Imron : 160 )
Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah ( QS. Al-Baqarah : 249 )
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang -orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut ( agama ) Allah itulah yang pasti menang. ( QS. Al-Maa-idah : 56 ).
Warna Hijau dan putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil ( fisik ) maupun immateriil ( non fisik ) dapat disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau.
Warna Putih merupakan warna wajah cerah bagi orang-orang yang memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Warna hijau merupakan warna ahli sorga yang merupakan tempat kebahagiaan manusia, sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT. :
Mereka itulah bagi mereka surga , megalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. ( QS.Kahfi : 31).
Dengan demikian kombinasi warna itu merupakan kombinasi warna yang mengidolakan pemandangan di Surga kelak.
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. ( QS Al-Insan 21 )

Makna Dari Lambang Pagar Nusa

Simbol LPS Pagar Nusa berupa gambar Pita bertulisan LAA GHAALIBA ILLA BILLAH yang melingkupi bola dunia di dalam kurva segi lima dengan beberapa atribut dan perincian sebagai berikut :
Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Syariat Islam yang mempunyai lima rukun dan merupakan simbolisasi pada adanya rasa kecintaan kepada bangsa dan negara yang berpancasila.

Simbolisasi ini berangkat dari dasar pengertian rukun Islam yang Nabi SAW sampaikan :
Islam itu didirikan atas lima : Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah bagi yang mampu, dan puasa Ramadhan ( HR Bukhory )

Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambang dari tiga pola utama yang berjalan bersama dalam cara hidup warga Nahdlatul Ulama yaitu Iman, Islam, Ihsan sebagaimana Hadits Nabi SAWÂ ketika ditanya oleh Malakat Jibril.

Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi. Ini sesuai dengan mimpi Nabi Yusuf tentang bintang sebagai isyarat akan mencapai kemuliaan.

Firman Allah SWT :
Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku sesungguhnya aku bemimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan ; kulihat semuanya sujud kepadaku. ( QS.Yusuf : 4)
Bintang terbesar mengisyaratkan adanya pola kepemimpinan yang dalam Islam merupakan suatu keharusan.
Gambar cabang / trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas tepat dibawah bintang terbesar merupakan manifestasi kenyataan historis bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama :
Barang siapa memisahkan diri dari kelompok dimakan srigala

Bola Dunia / gambar bumi tepat di tengah merupakan ciri khas dari organisasi underbow Nahdlatul Ulama yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. RIDWAN ABDULLAH berdasar Istikharahnya.

Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA ILLAA BILLAH

Yang berarti tidak ada yang menang ( mengalahkan ) kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi
LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan ba sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum ( am ) bagi segala bidang kehidupan.

Sedangkan secara khusus ( khas ) dengan mengambil tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol

Firman Allah : Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkanmu ( QS. Ali Imron : 160 )
Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah ( QS. Al-Baqarah : 249 )
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang -orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut ( agama ) Allah itulah yang pasti menang. ( QS. Al-Maa-idah : 56 ).

Warna Hijau dan putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil ( fisik ) maupun immateriil ( non fisik ) dapat disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau.

Warna Putih merupakan warna wajah cerah bagi orang-orang yang memperoleh kebahagiaan di akhirat.
Warna hijau merupakan warna ahli sorga yang merupakan tempat kebahagiaan manusia, sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT. :

Mereka itulah bagi mereka surga , megalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. ( QS.Kahfi : 31).

Dengan demikian kombinasi warna itu merupakan kombinasi warna yang mengidolakan pemandangan di Surga kelak.
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. ( QS Al-Insan 21 )

Sekilas Tentang Ki Sumarno Guru Besar Pagar Nusa


Silsilah Keturunan
Beliau adalah anak dari Ky. SALAMUN NOER Kyai Masjid Al-Murtadlo Plalangan Jenangan Ponorogo. Kyai Salamun merupakan anak dari KH.NOER, dan beliau merupakan anak dari KH. AL-MURTADHO AL-HAFIDZ bin Kyai ALI UTSMAN atau terkenal dengan sebutan Kyai SERUT karena sebutan tersebut diambil dari wafatnya di Dkh. Serut.
Kyai Serut sendiri merupakan anak dari Kyai UTSMAN (Beliau adalah Imam sekaligus Kyai di Masjid Batoro Katong Setono). Jadi, jika dilihat dari silsilahnya Mbah marno masih merupakan keturunan RADEN KATONG Ponorogo.
Mbah Marno sendiri lahir pada tanggal 19-04-1960 M. Anak pertama dari enam orang bersaudara, berikut keenam saudara itu:
1.       Ki Sumarno
2.       Agus Daryono (alm)
3.       Zaenal Arifuddin (Kasun Krajan I Ds. Plalangan)
4.       Zaenal Abidin
5.       Marfi’ah Nurdingsih
6.       Zahsanuddin
Latar Belakang pendidikan
Thn. 1968 M. Beliau tamat TK Bustanul Athfal, Thn. 1974 M. Beliau tamat SDN Setono Jenangan, Thn. 1978 M. Beliau tamat PGAP 4 tahun Kota Lama, Thn. 1980 M. Beliau tamat PGAN Ponorogo, Thn. 1985 M. Beliau Menyelesaikan sarjana Mudadi di The Reog Sunan Giri University. Kemudian 1986M beliau diangkat sebagai guru agama di Kec. Ngrayun. Beliau menyelesaikan Program sarjana pada tahun 2003 di Kampus Sunan Giri University Ponorogo. Sampai sekarang beliau masih sebagai guru agama di Kec. Ngrayun.
Latar Belakang Pencak Silat
Mulai belajar pencak silat tahun 1972M. Pada saat belajar pertama itu beliau masih beerusia 12 tahun. Beliau berguru kepada Mas. Slamet setono dari perguruan Bantaran Angin sampai tahun 1976M. Kemudian berguru lagi pada Drs. Noer Aziz yang merupakan guru besar Batara Perkasa ponorogo atau yang kita sebut dengan BP ataupun Batara sampai sekitar tahun 1988M. Kemudian melanjutkan belajarnya kepada tiga orang bersaudara pada perguruan Cimande yaitu pada Mbah Kuslan, Mbah Kusin, dan mbah Kusmadi murid dari Mbah Lurah Umri di Ds. Serag kec. Pulung Ponorogo.
Pada tahun yang sama (1988) juga berguru di perguruan Cimande kepada Mbah Senin di Ds. Plalangan Kec. Jenangan ponorogo. Di tahun 1994M, berguru pada Ki Jumanillah guru besar dari perguruan (ITS) Ikatan Tampar Sakti Ponorogo. Pada tahun 1995M beliau berguru kepada KH. Anshor Polorejo ponorogo dan mengakhiri petualangannya di tahun 2000M yang saat itu berguru kepada Mbah Slamet Kencong caruban Madiun. Sekarang beliau aktif dalam ke-NU-an sekaligus guru besar Pagar Nusa Saperti Plalangan Jenangan ponorogo.
Bisa disimpulkan bahwa beliau sangat banyak pengalaman tentang olah kanuragan atau pencak silat. Tentang olah tenaga dalam, magic atau mistik, dan Jurus2 dalam pencak silat. Tidak diragukan lagi kalau sekarang beliau banyak membuka perguruannya diberbagai daerah misalnya satuan seni bela diri Pagar Nusa Ngebel, Pagar Nusa tritis, Pagar Nusa Ngrayun, Tanjungsari sawoo, Wayang Pulung, Plalangan, dan tentunya masih banyak lagi jika disebutkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar